Belajar dari Rubik


BELAJAR DARI RUBIK

Bermula dari sebuah buku tentang rubik yang dibeli karena iseng saja, kini semua anak-anak saya sedang demam rubik. Mereka sudah mengoleksi empat buah tipe rubik dari yang paling mudah sampai yang cukup sulit.

Penuh ketekunan mereka mencari teknik menyelesaikan rubik di internet, kemudian mencoba-coba saran tersebut, sampai akhirnya berhasil juga menyelesaikan puzzle berbentuk kubus aneka warna itu.

Siapa sangka jika mau merenungi sedikit saja, ternyata rubik mengajarkan banyak hal kepada kita.

1
Rubik terdiri dari bagian-bagian bidang kecil dengan warna berbeda-beda. Untuk menggerakkan rubik, kita tidak bisa memutar hanya satu bagian terkecilnya itu, melainkan harus bergerak bersamaan satu baris ataupun satu kolom.

Hal ini mengajarkan pentingnya kebersamaan. Kita diingatkan untuk shalat berjamaah, saling tolong menolong, bersatu dalam melawan kebathilan, karena dengan bergerak bersama kita memiliki kekuatan.

2
Para penggemar rubik mengatakan bahwa untuk menyelesaikan permainan ini, tidak akan pernah bisa dengan mencoba-coba sendiri. Jika kita hanya mencoba-coba, maka seumur hidup puzzle rubik tidak akan selesai. Mau tidak mau harus mempelajari rumus dan konsep yang telah diajarkan para master rubik.

Hal ini mengajarkan pentingnya ilmu, karena agama ini tidak bisa dipelajari sendiri, melainkan membutuhkan seorang guru. Sebagaimana ulama mengatakan,

لَوْلا مُرَبّي ما عَرَفْتُ رَبّي

(Kalau bukan karena guruku, aku tak akan mengenal Tuhanku)

3
Jika kita melihat sejak awal langkah demi langkah seorang pemain menyelesaikan rubik, terkadang kita melihat permainan sudah hampir selesai karena sebagian besar baris dan kolom sudah berwarna seragam, tetapi kemudian terjadi perombakan lagi seolah-olah menjauhi harapan kita. Ternyata memang seperti itulah cara permainannya. Tentu saja pada akhirnya seluruh rubik selesai diseragamkan.

Hal ini mengajarkan pentingnya berbaik sangka kepada Allah dalam menerima ujian, terkadang kita merasa keadaan seolah-olah semakin runyam, padahal memang seperti itulah cara Allah menyelesaikan ujian kita.

4
Rubik tidak mengenal usia. Saya sendiri sampai sekarang belum berhasil menyelesaikannya, sementara anak-anak sudah jauh lebih mahir.

Hal ini mengajarkan pentingnya rendah hati kepada semua orang tanpa pandang usia. Al-Imam Ghazali menasihati, kepada yang lebih muda hendaklah pikirkan bahwa ia lebih sedikit maksiatnya dibanding kita, dan kepada yang lebih tua hendaklah pikirkan bahwa ia lebih banyak ibadahnya dibanding kita.

5
Satu kubus rubik memiliki enam warna berbeda, yang kita lakukan adalah memainkan strategi agar warna-warna tersebut berada pada tempatnya masing-masing.

Hal ini mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan, sesungguhnya perbedaan bukan untuk diperdebatkan. Melainkan agar kita mengatur strategi bagaimana kemajemukan di antara kita itu bisa bermanfaat sesuai potensi yang dimiliki masing-masing.

Nah, inilah di antara pelajaran yang bisa kita peroleh dari rubik. Sekarang, adakah saudara yang berani tanding bermain rubik dengan anak saya? Hehehe.